Budaya adalah
suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Budaya adalah suatu pola hidup
menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya
turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar,
dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Salah satu
budaya yang sedikit menginspirasi saya adalah kebudayaan dari daerah asal Ayah
saya di Temanggung yaitu Tedak Sinten. Namun, bukan hanya di Temanggung saja
tradisi ini berlangsung tetapi juga di beberapa daera di Jawa Tengah dan Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Tedak siten
merupakan budaya warisan leluhur masyarakat Jawa untuk bayi yang berusia
sekitar tujuh atau delapan bulan. Tedak siten dikenal juga sebagai upacara
turun tanah. ‘Tedak’ berarti turun dan ‘siten’ berasal dari kata ‘siti’ yang
berarti tanah. Upacara tedak siten ini dilakukan sebagai rangkaian acara yang
bertujuan agar anak akan tumbuh menjadi anak yang mandiri.
Tradisi ini
dijalankan saat seorang anak berusia hitungan ke-tujuh bulan dari hari
kelahirannya dalam hitungan pasaran jawa. Perlu diketahui juga bahwa hitungan
satu bulan dalam pasaran jawa berjumlah 36 hari. Jadi bulan ke-tujuh kalender
jawa bagi kelahiran si bayi setara dengan 8 bulan kalender masehi. Bagi para
leluhur, adat budaya ini dilaksanakan sebagai penghormatan kepada bumi tempat
anak mulai belajar menginjakkan kakinya ke tanah dalam istilah jawa disebut
tedak siten. Selain itu juga diiringi oleh doa-doa dari orangtua dan sesepuh
sebagai pengharapan agar kelak anak tersebut bisa sukses dalam menjalani kehidupannya.
Prosesi tedak
siten dimulai dengan serangkaian makanan tradisional untuk selamatan. Makanan
tradisional tersebut berupa ‘jadah’/’tetel’ (semacam nasi ketan tumbuk) tujuh warna yang diberi pewarna merah, putih,
hitam, kuning, biru, jingga dan ungu. Jadah ini menjadi simbol kehidupan,
sedangkan warna-warni yang diaplikasikan menggambarkan jalan hidup yang harus
dilalui si bayi kelak. Penyusunan jadah ini dimulai dari warna hitam hingga ke
putih, sebagai simbol bahwa masalah yang berat nantinya ada jalan keluar /
titik terang.
Makanan
tradisional lainnya yang disediakan untuk acara tedak siten ini berupa tumpeng
dan perlengkapannya serta ayam utuh. Tumpeng sebagai simbol permohanan orang
tua agar si bayi kelak menjadi anak yang berguna, sayur kacang panjang sebagai
simbol umur panjang, sayur kangkung sebagai simbol kesejahteraan, kecambah
sebagai simbol kesuburan, sedangkan ayam adalah simbol kemandirian.
Setelah acara
selamatan dengan mengumpulkan para undangan telah dibagikan, rangkaian acara
tedak siten dilanjutkan dengan prosesi menapakkan kaki si kecil diatas jadah 7
warna. Selanjutnya adalah prosesi naik tangga. Tangga tradisional yang dibuat
dari tebu jenis ‘arjuna’ dengan dihiasi kertas warna-warni ini melambangkan
harapan agar si bayi memiliki sifat kesatria si Arjuna (tokoh pewayangan yang
dikenal bertanggungjawab dan tangguh). Dalam bahasa Jawa ‘tebu’ merupakan
kependekan dari ‘antebing kalbu’ yang bermakna kemantaban hati.
Prosesi
selanjutnya adalah prosesi di mana bayi dimasukkan ke dalam kurungan ayam yang
telah dihias dengan kertas berwarna warni. Prosesi ini menyimbolkan bahwa kelak
anak tersebut akan dihadapkan pada berbagai macam jenis pekerjaan yang
bermacam-macam. Kemudian anak tersebut dihadapkan dengan beberapa barang untuk
dipilih seperti cincin/uang, alat tulis, kapas, cermin, buku, pensil dan
lainnya kemudian dibiarkan mengambil salah satu dari barang tersebut, barang
yang dipilihnya merupakan gambaran hobi dan masa depannya kelak. Selanjutnya
ibu dari bayi akan menebarkan beras kuning (beras yang dicampur dengan parutan
kunir) yang telah dicampur dengan uang logam untuk di perebutkan oleh undangan
anak-anak dimaksudkan agar anaknya memiliki sifat dermawan.
Rangkaian
prosesi tedak siten diakhiri dengan memandikan bayi ke dalam air bunga setaman
lalu dipakaikan baju baru. Prosesi pemakaian baju baru inipun dengan
menyediakan 7 baju yang pada akhirnya baju ke-7 yang akan dia pakai. Hal ini
menyimbolkan pengharapan agar si kecil selalu sehat, membawa nama harum bagi
keluarga, hidup layak, makmur dan berguna bagi lingkungannya.
Tradisi ini
mengispirasi saya karna memiliki makna yaitu dengan menjalani kehidupan yang
baik, maka akan timbul kehidupan yang nyaman dan damai. Sekaligus sebagai permohonan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa
agar kelak dapat diberi kemudahan,kesehatan
dan kesuksessan dalam menjalani kehidupannya. Bagian lainnya yang
menginspirasi adalah suatu harapan agar kita dalam setiap harinya dapat mengatasi
berbagai macam kesulitan.
Dan hal
tersebut merupakan tujuan hidup saya untuk menjadi seseorang yang sukses yaitu
yang dapat berguna bagi sesama dan dapat menghadapi segala macam rintangan dan
kegagalan dalam hidup dengan hati yang lapang serta dapat mengatasinya dengan
baik. Selain itu, agar saya dapat selalu bersyukur terhadap apa yang telah saya
terima dalam kehidupan ini
Namun, seiring
perkembangan jaman ritual tedak siten semakin sulit dan jarang dijumpai pada
masyarakat Jawa pada khusunya. Entah karena kesibukan, dianggap kuno,
buang-buang waktu dan uang ataupun lainnya.
sumber:
gambar:
oooh baru tahun dan faham
BalasHapusJakarta || Banten ||Lombok