Gangguan depresi terbagi lagi menjadi dua, yaitu Major Depressive Disorder (MDD) dan Dysthymic Disorder. MDD ditandai dengan kondisi emosi sedih dan kehilangan kemampuan untuk menikmati aktivitas yang biasa dilakukan, bersama dengan minimal 4 (empat) dari gejala di bawah ini:
- Tidur terlalu banyak (10 jam atau lebih) atau terlalu sedikit (sulit untuk tertidur sering terbangun)
- Kekakuan motorik
- Kehilangan nafsu makan dan berat badan menurun drastis atau sebaliknya makan berlebihan sehingga berat badan meningkat drastis.
- Kehilangan energi. Tampilannya lemas, tidak bersemangat, tidak tertarik melakukan apapun, bahu menunduk, kepala lemas, seolah tidak kuat berjalan
- Merasa tidak berharga
- Kesulitan untuk berkonsentrasi, berpikir, dan membuat keputusan
- Muncul pikiran tentang kematian berulang kali, atau tentang bunuh diri.
Gejala-gejala ini muncul hampir sepanjang hari, setiap hari, selama minimal 2 (dua) minggu dan bukan dikarenakan kehilangan yang wajar, misalnya karena suami meninggal. MDD inilah yang sering disebut masyarakat umum dengan istilah depresi.
Gejala depresi dapat pula diderita oleh orang yang mengalami stres psiko-sosial. Misalnya kehilangan kedudukan atau jabatan. Gejala mental inilah yang disebut post power syndrome. Tidak hanya itu, gangguan depresi mayor juga dialami oleh orang-orang yang mengalami penyakit stroke. Hal ini membuat harapan kesembuhan sangat bergantung pada kondisi depresinya.
Gangguan depresi mayor membuat seluruh tubuh sakit, juga perasaan dan pikiran, serta memengaruhi nafsu makan dan pola tidur cara seseorang merasakan dirinya, berpikir tentang dirinya dan berpikir tentang dunia sekitar. Keadaan depresi bukanlah suatu kesedihan yang dapat dengan mudah berakhir, bukan pula tanda kelemahan dan ketidakberdayaan, atau kemalasan. Mereka yang mengalami gangguan depresi mayor tidak akan tertolong hanya dengan membuat mereka bergembira dengan penghiburan. Karena itu, diperlukan terapi untuk penyembuhan.
Penyebab. Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan depresi mayor antara lain status sosio-ekonomi. Orang dengan taraf sosio-ekonomi yang lebih rendah memiliki risiko yang lebih besar dibanding mereka dengan taraf yang lebih baik. Faktor lain adalah status pernikahan. Misalnya orang yang berpisah atau bercerai memiliki risiko yang lebih tinggi daripada orang yang menikah atau tidak pernah menikah.
Sementara itu, dr. Irawati, SpS, dokter saraf dari RS Permata Cibubur menjelaskan, terjadinya depresi disebabkan oleh ketidakseimbangan neurotransmiter di dalam otak. “Biasanya pada penyakit saraf yang dapat menyebabkan depresi adalah stroke, atau seseorang yang mengalami kanker juga dapat mengalami depresi. Jadi banyak faktor bisa membuat seseorang menjadi depresi. Bahkan sepertiga manusia mempunyai keturunan depresi dan sifat depresi itu bisa menurun ke anaknya dan dua pertiga biasanya karena faktor lingkungan. Misalnya orang yang mengalami banyak masalah. Depresi juga tidak mengenal usia, bahkan pada usia anak- anak juga bisa terkena depresi,” papar dr. Irawati.
Pencegahan. Langkah pencegahan agar terhindar dari depresi harus bersifat holistik, yaitu mencakup fisik, psikologi dan psiko-sosial. “Pencegahan agar seseorang tidak jatuh dalam keadaan depresi maka sebaiknya ‘kekebalan’ yang bersangkutan perlu ditingkatkan. Agar mampu menanggulangi stres psiko-sosial adalah cara hidup yang teratur dan seimbang antara diri dan Tuhan, orang lain serta lingkungan sekitar” tutur dr. Dadang.
Untuk meningkatkan kekebalan, ada banyak cara agar seorang tidak terlarut dalam depresi, seperti makan dan minuman dengan pola yang benar, gizi seimbang, dan tidak dikonsumsi secara berlebihan. Menu makanan hendaknya bervariasi, berimbang dan hangat, sebab makanan yang dingin dan monoton dapat menurunkan kekebalan tubuh. Di samping itu tidur merupakan obat yang paling alamiah yang dapat memulihkan segala keletihan fisik dan mental. Oleh karena itu, harus mengatur jadwal tidur yang teratur setidaknya tidur antara 7-8 jam dalam semalam. Dan, untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental, olahraga adalah cara yang baik untuk mencegah depresi, seperti berjalan di pagi hari paling tidak dua kali dalam seminggu. Menghindari minuman keras adalah kebiasaan hidup yang baik bagi kesehatan. “Hidup yang teratur dengan menghindari narkoba, dan tidur yang cukup. Hal lain adaiah mendekatkan diri pada Tuhan. Karena itu, akan mendapatkan ketenangan hati dan jiwa serta dapat menjauhi pikiran-negatif yang menjadi pemicu depresi itu sendiri,” tutup dr. Irawati.
Selain pencegahan, jika Anda telah mengalami gangguan depresi mayor, ada dua langkah penting yang harus dilakukan.
Pertama, meminta bantuan psikolog. Psikolog akan membantu pasien memberikan solusi atau menangani berbagai permasalahan pasien yang tidak terselesaikan atau masalah yang terpendam dalam alam bawah sadar. Pasien akan diberikan beberapa konseling psikologi untuk pembukaan pikiran, konseling motivasi hidup dan konseling pemecahan masalah.
Kedua, pasien akan diberikan sesi terapi berupa psikoterapi dan-hipnoterapi. Psikoterapi dan hipnoterapi adalah terapi utama untuk memberantas sisa-sisa mekanisme pertahanan diri yang tersimpan di alam bawah sadar yang belum terselesaikan. Psikolog akan membantu pasien untuk menyelesaikan semua permasalahan yang terletak di hati dan pikiran melalui terapi ini. Psikoterapi adalah terapi psikologi penerapan untuk pasien dalam rangka pengubahan pola pikir, pembentukan tingkah laku dan kebiasaan dan pencerahan pemikiran (motivasi). Sedangkan hipnoterapi adalah terapi relaksasi yang diberikan kepada pasien untuk mensugesti alam bawah sadar pasien yang negatif menjadi positif sehingga pasien lebih mampu menjalani kehidupan ini dengan tenang dan rileks. Pramita Hendra Nurcahyo (Femme)
Sumber :
http://artikeltentangkesehatanindonesia.blogspot.co.id/2013/11/cara-tepat-atasi-major-depressive.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar